Selasa, 30 Maret 2010

Rancangan Metode Kerja

1. Studi Tentang Waktu dan Gerak
Perancangan sistem kerja haruslah memperhatikan prosedur-prosedur untuk meng-ekonomisasikan gerakan-gerakan kerja sehingga dapat memperbaiki efisiensi dan mengurangi kelelahan kerja. Pertimbangan mengenai prinsip-prinsip ekonomi gerakan diberikan selama tahap perancangan sistem kerja dari suatu industri, karena hal ini akan mempermudah modifikasi- bilamana diperlukan- terhadap hardware, prosedur kerja, dan lain-lain. Seperti yang umum dijumpai sekali mesin diinstalasikan atau fasilitas fisik pabrik dibangun maka yang terjadi adalah manusia harus segera mampu beradaptasi dengan kondisi-kondisi yang telah terpasang tersebut. Kondisi akan tetap tak berubah untuk periode yang lama, sehingga kalau demikian dirasakan kondisi itu tidak efisien ataupun tidak ergonomis; modifikasi akan terasa sulit dan tidak bisa dilaksanakan setiap saat. Berikut akan diuraikan beberapa ketentuan-ketentuan pokok yang berkaitan dengan prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan stasiun kerja :
• Organisasi fasilitas kerja sehingga operator secara mudah akan mengetahui lokasi penempatan material (bahan baku, produk akhir atau limbah buangan/skrap), spare-parts, peralatan kerja, mekanisme kontrol atau display dan lain-lain yang dibutuhkan tanpa harus mencari-cari.
• Buat rancangan fasilitas kerja (mesin, meja, kursi dan lain-lain) dengan dimensi yang sesuai data antropometri dalam range 5 sampai 95-th percentile agar operator bisa bekerja leluasa dan tidak cepat lelah. Biasanya untuk merancang lokasi jarak jangkauan akan dipergunakan operator dengan jarak jangkau terpendek (5-th percentile), sedangkan untuk lokasi kerja yang membutuhkan clearence akan mempergunakan data yang terbesar (95-th percentile).

• Atur suplai/pengiriman material ataupun peralatan/perkakas secara teratur ke stasiun-stasiun kerja yang membutuhkan. Disini operator tidak seharusnya membuang waktu dan energi untuk mengambil material atau peralatan/perkakas kerja yang dibutuhkan.
• Untuk menghindari pelatihan ulang yang tidak perlu dan kesalahan-kesalahan manusia karena pola kebiasaan yang sudah dianut, maka bakukan rancangan lokasi dari peralatan kerja (mekanisme kendali atau display) untuk model atau type yang sama.
• Buat rancangan kegiatan kerja sedemikian rupa sehingga akan terjadi keseimbangan kerja antara tangan kanan dan tangan kiri (terutama untuk kegiatan perakitan). Diharapkan pula operator dapat memulai dan mengakhiri gerakan kedua tangannya tersebut secara serentak dan menghindari jangan sampai kedua tangan menganggur (idle) pada saat yang bersamaan. Buat pula peralatan-peralatan pembantu untuk mempercepat proses handling. Disamping itu bila mana memungkinkan suatu kegiatan juga dikerjakan/dikendalikan dengan menggunakan kaki- untuk mengurangi kerja tangan hal-hal tertentu- maka bisa pula dirancang mekanisme khusus untuk maksud ini. Apabila akhirnya kaki juga ikut serta "meramaikan" pelaksanaan kerja, maka distribusikan beban kerja tersebut secara seimbang antara tangan dan kaki. Biasanya untuk mengendalikan kegiatan yang memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi, tanggungjawab untuk pelaksanaan untuk hal tersebut biasanya akan dibebankan pada tangan kanan (perkecualian untuk orang kidal hal ini haruslah dirancang secara khusus).
• Atur tata letak fasilitas pabrik sesuai dengan aliran proses produksinya. Caranya adalah dengan mengatur letak mesin atau fasilitas kerja berdasarkan konsep "machine-after-machine" yang disesuaikan dengan aliran proses yang ada. Prinsip tersebut adalah untuk meminimalkan jarak perpindahan material selama proses produksi berlangsung terutama sekali untuk fasilitas-fasilitas yang frekuensi perpindahan atau volume material handlingnya cukup besar. Stasiun-stasiun kerja ataupun departemen-departemen yang karena fungsinya akan sering kali berhubungan dan berinteraksi satu dengan yang lain juga harus diletakkan berdekatan guna mengurangi waktu gerak perpindahan.

• Kombinasi dua atau lebih peralatan kerja sehingga akan memperketat proses kerja. Demikian pula sedapat mungkin peralatan kerja yang akan digunakan sudah berada dalam arah dan posisi yang sesuai pada saat operasi kerja akan diselenggarakan.

2. Metode Kerja
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatansudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinyaperalatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upayameningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itudisisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspadamenghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul.
Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yangmempengaruhi kehidupan para pekerja. Pelbagai risiko tersebut adalahkemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungandengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkankecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihakdengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja.Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik.
Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk“fitting the job to the worker”, sementara itu ILO antara lain menyatakan,sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknikbagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerjayang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya”.Ruang lingkup ergonomik sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :
- Tehnik
- Fisik
- Pengalaman psikis
- Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan ototdan persendian
- Anthropometri
- Sosiologi
- Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen uptake, pols, dan aktivitas otot
Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja,inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan,ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya.Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampaikompleks. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasarpada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisimeubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membelifurniture sesuai dengan demensi fisik pekerja. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektifmisalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit,nyeri bahu dan siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secaraobyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensisakit, angka kecelakaan dan lain-lain.

3. Keamanan Dibidang Industri dan Pencegahan Kecelakaan dalam Kerja
Industri yang merupakan system Manajemen K3, karena itu secara khusus adanya pengelolaan risiko. Sebuah organisasi dapat menerapkan metode pengendalian risiko apapun sejauh metode tersebut mampu mengidentifikasi, mengevaluasi dan memilih prioritas risiko dan mengendalikan risiko dengan melakukan pendekatan jangka pendek dan jangka panjang. Organisasi harus membuat dan memelihara prosedur untuk melakukan identifikasi bahaya, penilaian risiko, penerapan kendali pengukuran yang diperlukan, yang mencakup:
• Aktivitas rutin dan nonrutin.
• Aktivitas personel yang memiliki akses pada tempat kerja (mencakup subkontraktor dan pengunjung).
• Fasilitas pada tempat kerja, yang disediakn oleh organisasi atau pihak lainnya.
Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko yang terkait dengan aktivitas harus dipastikan sesuai, cukup dan selalu tersedia. Semua tahapan ini menjdi dasar dalam pengembangan dan penerapan Sistem Manajemen K3. Hal ini sangat penting karena itu identifikasi bahaya dan pengendalian bahaya harus secara nyata ditetapkan.
Kondisi opersi normal, tidak normal dan kondisi darurat yang potensial juga harus mendapatkan perhatian. Serta yang tidak kalah penting yang harus kita ingat adalah ketika melakukan identifikasi bahaya potensial kita tidak saja melakukannya pada pekerjaan operasional saja, tapi jug pada segala aspek lainnya yang masih termasuk di dalam lingkup penerapan Sistem Manajemen K3, seperti pemeliharaan, house keeping, dan lain sebagainya. Sumber data yang dapat digunakan adalah:
• Persyaratan dan peraturan K3
• Kebijakan K3
• Rekaman insiden dan kecelakaan kerja
• Laporan ketidaksesuaian
• Hasil audit
• Komunikasi pada karyawan dan pihak terkait
• Informasi dari tinjauan aktivitas K3 karyawan
• Informasi dari perusahaan sejenis berupa insiden dan kecelakaan kerja yang terjadi
• Informasi pada fasilitas, proses dan kegiatan organisasi, mencakup prosedur, data pemantauan, data lingkungan dan tempat kerja.